Kembali Ke Batam

Ruang tunggu bandara Djalaluddin Gorontalo

Akhirnya saya ke Batam lagi setelah sekian lama tidak menjejak kota ini. Terakhir kali ke Batam mungkin tahun 2012 saat mengambil tongkang baru milik PT. Pancaran Samudera Transport untuk dibawa ke Banjarmasin dan ke Samarinda. Ada 2 tongkang yang diambil saat itu, jadi harus bolak balik ke Batam. Setalah itu tidak pernah lagi masuk ke Batam karena kapal tempat saya bekerja operasinya di wilayah tengah dan timur.

Bandara Dlalaluddin Gorontalo

Kali ini ke Batam karena ada panggilan kerja lagi di perusahaan yang kantor pusatnya di Batam. Sebenarnya masih suasana lebaran tetapi karena sudah ada panggilan kerja, jadi berangkat saja. Yang penting sudah melewati suasana lebaran beberapa hari bareng keluarga. Ooohhya, saya memang baru berhenti di perusahaan lama yang mengeperasikan kapal phinisi sebagai kapal diving. Tamunya kebanyakan dari Eropa, tetapi sejak pandemi covid-19, sejak akhir bulan Maret 2020 kapalnya selalu stand by karena tidak ada lagi kunjungan wisatawan asing ke Indonesia. Memang sempat ada beberapa trip selama pandemi, tetapi selebihnya menganggur berlabiuh di depan resort. Jadi saya memutuskan untuk berhenti, dan sekarang saya sedang dalam perjalanan dari Gorontalo ke Batam. 

Penumpang domestik menggunakan masker di Terminal Kedatangan 2D Bandara Soekarno Hatta-Jakarta

Pesawat yang saya tumpangi adalah penerbangan pertama dari Gorontalo yang take off jam 06.15 WITA. Karena rumah cukup jauh dari bandara, terpaksa bangun jam 03.00 dinihari untuk berangkat ke bandara. Mengingat masih ada prosedur pemeriksaan hasil rapid antigen yang menjadi syarat perjalanan udara saat musim pandemi seperti ini. Udara dingin menyertai perjalanan ke bandara. setelah semua prosedur dilakukan, langsung saja masuk ke ruang tunggu untuk menunggu boarding.

Papan penunjuk arah di bandara Soekarno Hatta

Pesawat berangkat sesuai jadwal dan transit di Makassar dan Jakarta. Ada cukup waktu 3 jam di Jakarta sebelum berangkat lagi ke Batam. Inginnya jalan-jalan dulu, tetapi dengan waktu yang segitu rasanya tidak mungkin untuk ke tempat teman di Priok atau ke kantor Wikimedia Indonesia. Jadi cukup putar-putar di dalam terminal bandara saja sampai waktunya keberangkatan ke Batam.

Pukul 15.20 pesawat mendarat di bandara Hang Nadim, Batam, saya segera mengecek taksi online untuk ke lokasi galangan kapal di Sagulung. Segera muncul angka Rp. 170.000-an. Agak mahal juga rupanya. Saya teringat sopir taksi langganan kami selama masuk Batam. Saya cek nomor hapenya masih ada, segera saya telepon. Dia menebak-nebak siapa yang menelepon, sengaja saya tidak kasih tahu nama. Rupanya kontak saya sudah terhapus di hapenya. Setelah beberapa saat, dia bisa menebak saya. 

Penumpang yang baru mendarat di terminal kedatangan Soekarno Hatta

Senang dia karena saya masih ingat. Karena dia masih mengantar orang yang mau ke galangan kapal juga, jadi saya terpaksa harus menunggu agak lama di bandara. Tidak apalah, daripada uang 200.000-an rinu saya kasih kepada orang yang tidak dikenal, kan lebih baik untuk orang yang sudah kita kenal. Apalagi dia sudah akrab sekali dengan kami karena setiap masuk Batam, selalu dia yang kami pakai sebagai langganan untuk antar kemana saja.

Setelah jemputan datang, saya tidak langsung ke kapal. Singgah dulu untuk makan karena saya cuma ngemil saja selama perjalanan dari Gorontalo. Malas untuk makanan berat karena bikin repot jika harus ke toilet dengan bawaan tas serta laptop. Kami singgah di rumah makan Padang. Makan sambil mengobrol karena sudah lama tidak jumpa. Setelah makan secukupnya kami melanjutkan ke lokasi kapal yang saya tuju. 


Penumpang yang sementara menunggu bagasi di Bandara Hang Nadim Batam mengenakasn masker

Petugas sekurity di pos jaga menanyai saya apa keperluan kedatangan. Setelah saya jelaskan dan menelepon
orang kantor barulah diperbolehkan masuk ke lokasi perusahaan. Tidak lupa difoto dan tanda tangan di buku tamu. Lalu lanjut ke jetty untuk numpang dulu di kapal yang stand by di situ. Besok pagi baru ke kantor untuk proses dokumen dan ke kapal yang hendak saya naiki untuk bekerja.