Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta


Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta adalah salah satu perguruan tinggi kedinasan yang berada di bawah Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
Berdiri sejak tahun 1953 dengan nama Akademi Ilmu Pelayaran yang menyelenggarakan pendidikan pelaut jurusan Nautika dan Teknika tingkat kelas III dengan masa pendidikan 3-4 tahun.
Lokasi kampusnya berada di Jalan Gunung Sahari, Mangga Dua, Ancol, Jakarta Utara.


Tahun 1983 Akademi Ilmu Pelayaran berubah menjadi Pendidikan Dan Latihan Ahli Pelayaran dengan program studi jurusan Nautika, Teknika, Telekomunikasi pelayaran dan Ketatalaksanaan dan Kepelabuhanan.
Pada bulan Maret 2000, Pendidikan Dan Latihan Ahli Pelayaran (PLAP) berubah staus menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) dan menempati kampus yang baru di kawasan Marunda Jakarta yang berdekatan dengan situs Marunda atau Rumah Si Pitung.


Selain program studi di atas, STIP Jakarta juga menyelenggarakan Program Diklat Keterampilan Pelaut seperti di bawh ini:

  • Basic Safety Training (BST)
  • Survival Craft an Rescue Board (SCRB)
  • Advance Fire Fighting (AFF)
  • Medical Frst Aid (MFA)
  • Medical Care (MC)
  • Tanker Familirization (TF)
  • Oil Tanker Training (OT)
  • Chemical Tanker Training Program (CTTP)
  • Liquid Gas Tanker (LGT)
  • Radar Simulator
  • Arpa Simulator
  • Globa Maritime Distress and Safety System (GMDSS)
  • Ship Security Officer (SSO)
  • Company Security Officer (CSO)
  • Port Facility Officer (PFSO)
  • Familirization Safety Officer (FST / Off Shore)
  • Crowd and Crysis Management Training (CCM)
  • Fast Rescue Boat Training
  • International Maritime Dangerous Goods (IMDG) Code
  • International Bulk Chemical (IBC) Code
  • International Code of Safe Practice of Solid Bulk Cargoes (BC Code)
  • Passanger Safety Course (PSC
  • Ballas Water Management
  • Healt and Safety Course (HSC)
  • Shipping Agent Course
  • Procedure Export Import Course
  • International Trading Course.

Beginilah Jika Kapal Berpapasan Di Bawah Jembatan

Kapal sudah lazim berlayar di lautan.
Tetapi ada juga beberapa jenis kapal yang bisa berlayar di sungai.
Bahkan sampai ke daerah pedalaman sekalipun.
Itulah kapal jenis Tug Boat atau Kapal Tunda alias Kapal Tarik.
Kapal jenis ini biasanya menarik tongkang.
Adapun isi tongkang bisa berbagai macam.
Ada tongkang batu bara, tongkang kayu log/gelondongan.
Ada juga tongkang minyak, baik minyak sawit atau solar.

Untuk bisa sampai ke hulu sungai tentu saja harus melalui kolong jembatan di sepanjang sungai.
Lewat di kolong jembatan seharusnya bergiliran satu persatu karena luas area di kolong jembatan terhitung sempit.
Salah sedikit bisa menyenggol tiang jembatan dan itu berbahaya untuk jembatan ataupun untuk kapal itu sendiri.
Tetapi ada juga yang lewat bersamaan, yaitu antara kapal naik dan kapal turun.
Sebenarnya harus tetap bergiliran, tetapi kalau ada komunikasi yang baik antara kapal yang mau lewat bisa saja.
Dan hanya boleh di siang hari, kalau malam terlalu beresiko.
Sudah pernah lihat kapal melewati kolong jembatan?
Simak foto-fotonya di bawah ini.

Kapal Tug Boat menarik tongkang batu bara sedang melewati kolong jembatan Mahakam Ulu, Samarinda.

Tongkang sudah hampir melewati kolong jembatan Mahulu, Samarinda.

Kapal assist/bantu menjaga posisi tongkang tetap di jalur aman supaya tidak menabrak tiang/pilar jembatan.


Kapal naik menarik tongkang kosong bertemu dengan kapal menarik tongkan berisi batubara hendak turun.

Posisi cukup aman saat bertemu di bawah kolong jembatan.

Aksi Damai 212

Sesungguhnya
Tidak ada yang sempurna di dunia ini
Dalam kerumunan banyak individu
Tetap ada deviasi
Walaupun arah sudah ditetapkan
Bahkan
Dalam perang
Di bawah panji suci sekalipun
Tetap terselip insan durjana
Karena
Setiap orang datang
Dengan panggilan hati
Dan kepentingan masing-masing
Kita hanya perlu mempertegas
Di posisi mana kita berada
Walaupun hanya dalam hati
Dan berhentilah menjadi pencela

Massa peserta "Bela Islam III" memenuhi kompleks Monumen Nasional (sumber: Google)

Google Street View, Jendela Wisata Keliling Dunia Dari Gadget Anda

Pemandanga bawah laut dengan aplikasi Google Street View

Ingin wisata keliling ke berbagai belahan dunia tetapi tidak ada modal?
Jangan khawatir, sekarang anda tidak perlu beranjak dari tempat duduk untuk keliling dunia.
Tidak perlu pusing tiket pesawat yang mahal, tarif hotel yang tidak terjangkau, makanan yang tidak bisa terbeli.
Kita bisa melihat tempat wisata yang paling kita idamkan secara visual 3 dimensi lewat gadget kita.
Dengan aplikasi ini, seolah-olah kita hadir di tempat tersebut dan bisa melihat pemandangan keliling 360 derajat, bahkan pemandangan di dalam air sekalipun.
Adalah aplikasi dari google, "Street View" yang akan membawa kita berkelana keliling dunia tanpa harus keluar dari rumah, bahkan tanpa beranjak dari tempat duduk.

Aplikasi Street View yang sudah didownload lebih dari 500 juta pengguna

Aplikasi ini dapat diunduh di playstore dari hape android dan diinstal secara otomatis.
Dengan sudah terinstalnya aplikasi ini, kita bisa melihat semua lokasi wisata pilihan di dunia dan yang ada di sekitar kita.
Kita bahkan bisa merekam dan memasukkan photo 360 seperti yang kita lihat untuk dinikmati orang lain sekaligus mempromosikan tempat wisata di daerah kita.
Caranya cukup mudah, buka aplikasi Street View dan mulailah memotret panoramanya sekeliling secara bersambung.
Setelah semua ruang kita foto secara 360 derajat, maka aplikasi akan "menjahit" foto itu menjadi satu sehingga tersambung utuh sekelilingnya.
Selanjutnya kita upload foto itu ke Street View dan akan tersimpan di database google yang akan bisa dilihat orang baik menggunakan hape atau komputer.
Semua foto yang kita upload akan tersimpan sebagai sumbangan kita dan kita bisa mengetahui berapa banyak pengunjung yang sudah melihat foto kita.

Akun Street View saya tanggal 2 Des 2016 yang sudah dikunjungi hampir 30.000 orang.

Berikut ini beberapa hasil foto yang sudah saya upload ke Street View yang jumlah total pengunjungnya baru sekitar 30.000 orang.
Anda ingin melihatnya juga?
Berikut daftar unggulannya:
Masjid Raya Kotabaru
Rumah Si Pitung.
Taman Suropati
Monumen Nasional
Siring Laut Kotabaru.
Bagaimana?
Keren kan......!!!
Tunggu apalagi?
Segera instal aplikasinya, berkelanalah dan bagikan juga hasil fotomu.....!!!


Laptopku Ngadat Lagi

Tiba-tiba saja laptopku mati mendadak saat aku belum menyelasaikan sebuah tulisan di blogku.
Kontan saja aku kaget setengah mati, karena mungkin saja tulisan itu belum tersimpan otomatis.
Sia-sia saja aku menulis kalau begini, padahal baru kali ini aku menulis di blog lagi dalam setahun ini.

Selama ini hanya sibuk mengisi tulisan di Inkubator calon Wikipedia bahasa Gorontalo dan Wiktionary bahasa Gorontalo.
Selain itu juga harus menerjemahkan setiap item dalam bahasa inggris ke bahasa Gorontaalo yang ada di website translatewiki.
Ini semua adalah persyaratan supaya Wikipedia bahasa Gorontalo segera rilis dan berdiri sebagai Wikipedia bahasa yang mandiri seperti Wikipedia bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Banjar, Minangkabau dan bahasa Bugis.

Jadi selama ini pula blogku terbengkalai tidak pernah diisi postingannya.
Baru 2 hari ini aku mulai mencoba menulis lagi karena ada sedikit gairah untuk menulisnya.
Rasanya banyak hal dan ide yang aku lewatkan egitu saja karena sibuk mengejar target artikel di Inkubator bahasa Gorontalo.

Dan ketika tulisan yang agak panjang yang aku buat hampir selasai, tiba-tiba laptopku ngadat mati mendadak.
Rasanya lemas memikirkan jika tulisan itu belum tersimpan otomatis.
Laptopku memang sudah tidak bisa digunakan untuk bekerja yang berat seperti main game.
Ini karena dulu hampir 24 jam nonstop dipakai bermain game, jadi langsung lemah perangkatnya.
Service terakhir karena blank adalah karena kebanyakan dipakai untuk game, tiba-tiba saja tidak mau hidup lagi.
Dibawa ke service katanya harus ganti apalah, aku sudah lupa tetapi kalau ditaksir biayanya lebih baik beli baru lagi.

Beuntunga aku mendapatkan tukang service mandiri yang masih bisa memperbaikinya dengan biaya tidak sampai seperempat daripada yang diminta service resmi.
Tetapi sejak saat itu laptopku tidak bisa dipakai lagi untuk main bola PES kesukaanku dan tidak bisa juga untuk buka peta google earth.
Kalau buka peta google earth dan kursornya digerakkan secara cepat untuk memindahkan posisi peta, langsung saja mati mendadak seperti ini.
Dan kali ini aku hanya membuat artikel tiba-tiba langsung mati lagi.

Aku menghhidupkan lagi laptopku dan langsung membuka kembali draft blog yang sementara kutulis.
Setelah loading sesaat muncul kembali draft tulisan yang belum selesai akua buat.
Lega rasanya, dan aku melanjutkan kembali artikel yang belum selesai aku buat.

Rumah Si Pitung

Papan nama Situs Marunda (Rumah Si Pitung)

Rumah Si Pitung atau Rumah Singgah Si Pitung adalah situs cagar budaya yang terletak di Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Situs ini dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta dan terbuka setiap hari untuk semua pengunjung dari jam 08:00 - 17:00.
Karcis masuk sebesar Rp. 5.000. (Lima ribu rupiah) per orang.
Si Pitung adalah legenda Betawi, seperti Robin Hood yang dianggap kriminal oleh penjajah Belanda karena sering merampok.
Tetapi  Si Pitung dianggap pahlawan oleh rakyat jelata karena membagikan hasil rampokannya kepada rakyat miskin.

Rumah Si Pitung tampak depan

Aku pertama kali berkunjung ke sini tanggal 29 September 2016.
Naik ojek online Grab cuma Rp. 5.000 (Lima ribu rupiah) dari Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta di Marunda.
Kebetulan aku sementara mengikuti diklat pelayaran di sini.
Siang selepas keluar kampus, aku langsung menuju ke tempat yang dikenal sebagai Rumah Si Pitung ini.
Rumah panggung ini terletak di perkampungan nelayan di pinggir laut dan sekitarnya ada tambak, entah tambak udang atau bandeng.

Rumah Si Pitung tampak samping

Setelah membayar kacis retribusi, aku masuk ke dalam dan memotret dari berbagai sudut yang dianggap bagus.
Tidak lupa juga memotret menggunakan aplikasi "Google Street View" supaya nantinya bisa dilihat oleh semua orang dengan aplikasi ini tanpa harus datang lagi ke sini.
Sayangnya belum selesai aku melakukan pemotretan keliling 360 derajat, aplikasi langsung menutup sendiri karena hapeku terlalu panas. Hasilnya dapat anda lihat di sini setelah aku potret kembali seminggu sesudahnya lagi.
Otomatis hasil potretan tadi tidak tersimpan dan harus diulangi kembali. Hal ini mustahil karena dengan pemotretan pertama saja hape sudah panas sekali, apalagi kalau diulangi.
Memang sejak jatuh di laut beberapa waktu yang lalu hapeku selalu panas kalau dipakai untuk memotret dengan aplikasi itu. Padahal itu adalah aplikasi kesukaanku untuk mengabadikan obyek yang bagus ke visualisasi digital yang nanti bisa dinikmati banyak orang.

Kursi tamu di beranda depan

Terpaksa aku dinginkankan hapeku dengan mematikannya dan aku bergabung bersama pengunjung lainnya di bawah kolong rumah panggung Si Pitung.
Sebenarnya rumah ini bukan rumah milik Pitung, tetapi milik Haji Syaifudin, suadagar Bugis yang paling kaya di kawasan Marunda saat itu.
Menurut cerita versi masyarakat setempat, Syaifudin berteman dengan Pitung dan sering singgah dan bersembunyi di sini saat dalam pengejaran dan pencarian tentara VOC, Belanda.
Tetapi menurut versi Belanda, Syaifudin adalah salah satu korban yang dirampok Si Pitung, wallahu a'lam, kita itdak tahu cerita mana yang benar. Yang jelas rumah ini jadi terbengkalai dan angker bertahun-tahun lamanya karena tidak ada yang mengurus secara tetap, hanya warga kampung saja yang berinisiatip untuk membersihkan seperlunya.

Kamar tidur

Aku naik ke atas rumah panggung ini, setelah hapeku terasa dingin dan dirasa sudah bisa dipakai untuk memotret.
Di beranda depan rumah terdapat seperangkat kursi kayu dengan anyaman rotan dan meja bulat untuk menerima tamu. Di sebelah sudutnya ada patung yang memakai kemeja dan celana hitam dengan kaus dalam putih, yang merupakan wujud Si Pitung sang legenda. Kamar tidur terletak di tengah sesudah ruang tamu. dalam ruangan ini ada ranjang dengan kelambu khas jaman dulu dan seperangkat bantal dan guling serta ada Al-Qur'an juga.
Di sudut kamar ada meja rias yang ada laci penyimpanan perlengkapan riasan pribadi dilengkapi cermin bulat.

Rumah Si Pitung (kiri) dan bangunan untuk pengelola dan mushola (belakang kiri), kafe dan toko (kanan)

Ruangan selanjutnya adalah ruang keluarga yang terhubung dengan ruang makan.
Di ruang keluarga ada perabot meja kursi yang seperti di beranda sedangkang di ruang makan dilengkapi dengan meja lonjong dengan empat buah kursi makan.
bagian paling belakang rumah panggung ini adalah beranda belakng yang bisa digunakan untuk bersantai. Dari sini bisa dilihat pemandangan ke arah kampung dan tambak ikan.
Angin laut yang berhembus pelan menambah kesejukannya, terasa nyaman memang.

Galangan kapal yang berbatasan langsung dengan kompleks Rumah Si Pitung.

Setelah puas memotret yang dianggap perlu aku turun dan beranjak ke bangunan di sebelahnya.
Ada dua lagi bangunan baru selain rumah panggung tua ini, yaitu bangunan untuk pengelola dilengkapi dengan mushola dan tempat untuk berwudlu dan kamar mandi di lantai atas. Aku sempatkan sholat zuhur di sini karena sudah hampir lewat waktunya.
Disebelahnnya ada lagi bangunan 2 lantai juga yang di bagian atasnya adalah kafe. Tampak beberapa pengunjung sedang bersantai menikmati hidangan.
Dari mushola ini atau dari kafe tersaji pemandangan ke arah laut lepas.
Sayangnya pinggir pantainya sudah dipakai sebagai galangan kapal, jadi tampak merusak pemandangan yang asri.
Yang nampak sekarang hanyalah kapal-kapal yang sedang diperbaiki atau kapal-kapal yang baru diturunkan dari galangan.