Tampilkan postingan dengan label My Diary. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label My Diary. Tampilkan semua postingan

Desa (Pulau) Bungin


Tempat ini menyolok kelihatan dari googlemaps.
Rumah-rumah penduduk berderet berhimpitan di area gosong pasir dan air dangkal di lepas pantai. Jaraknya kurang lebih 100-200 meter dari daratan.
Mungkin kedengarannya unik, kok ada perkampungan yang rumah-rumahnya dibangun terapung di atas air.

Ini adalah perkampungan suku Bajo atau Bajau. Komunitas ini ada di hampir semua bagian pulau Sulawesi, sebagian kecil di pulau Kalimantan dan Nusa Tenggara. Ciri khas suku Bajo adalah sebagai nelayan yang menetap di rumah perahu (dahulu) atau membangun rumah di pinggir pantai.
Saya menyempatkan berkunjung ke kampung ini bersama teman untuk melihat dari dekat kondisi kampungnya.
Dari pelabuhan ikan ada perahu tambangan yang melayani ke kampung ini. Sewanya Rp. 3.000 per orang. Kami naik perahu bersama warga yang hendak pulang setelah belanja di pasar.

Setelah penumpang turun, perahu membawa kami mengitari perkampungan yang berdiri di atas gosong pasir dan karang ini.
Nama desa ini adalah Desa Bungin, kecamatan Tinanggea, termasuk ke wilayah Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Perlu diketahui ada juga Pulau Bungin yang terletak di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat yang kondisinya seperti ini.
Bungin dalam bahasa Bajo artinya pasir putih.

Menurut penuturan tukang perahu, ada sejumlah 400-an KK yang mendiami kampung ini.
Ada juga bangunan sekolah dasar yang cukup besar. Aliran listrik dari PLN sudah sampai di pulau ini. Nampak tiang-tiang listrik yang terpancang di laut berjejer dari darat menuju ke arah perkampungan.
Setelah mengambil beberapa foto untuk dokumentasi, kami pun pulang menuju daratan.

ARTI SEBUAH NAMA

Apalah artinya sebuah nama, demikian kata seorang pujangga terkenal.
Mungkin karena sudah terkenal sehingga dia merasa tidak memerlukan nama lagi.
Tetapi bagaimana jika seseorang atau sesuatu itu tidak punya nama?
Bagaimana kita harus menyebut atau memanggilnya?

Nama adalah identitas yang melekat pada tiap sesuatu, baik itu benda, tumbuhan, hewan apalagi manusia.

Banyak orang yang berharap namanya terkenal dan dikenal dimana-mana.
Dengan banyak cara dia berusaha mewujudkan hal tersebut sampai melakukan hal-hal yang aneh atau kontroversial.
Tapi ada juga orang yang sudah terkenal sampai harus menyembunyikan diri dari publik.
Ketenaran malah dianggap mengganggu privasinya, padahal itu yang diharapkannya dulu.

Saya punya pengalaman menarik yang berhubungan dengan nama seseorang selama dalam perjalanan menggunakan kapal penumpang Pelni.

Suatu waktu saya pulang kampung karena cuti.
Dari Samarinda saya beli tiket di travel sekalian diantar dengan mobil travelnya ke pelabuhan supaya tidak repot.
Kebetulan penumpang  yang diantar mobil travel cuma 3 orang, 1 orang tua laki - laki, seorang gadis, dan saya.
Dalam perjalanan sang orang tua membenahi koper yang ada tulisan nama perempuan, "NURHAYATI" (bukan nama sebenarnya).
Dia mencabut lagi nama yang terselip di plastik koper itu, melipat dan memasukkannya lagi.
Sekilas saya memperhatikan dan sekarang yang nampak adalah "Dra.NURHAYA".
Saya mengerti sekarang bahwa sang gadis yang mungkin anaknya itu  adalah seorang "Doktoranda".
Tapi demi untuk memunculkan gelar sang anak, namanya jadi "NURHAYA" bukan lagi "NURHAYATI" karena tempat untuk menyelipkan stiker nama terbatas.
Apa boleh buat supaya gelar dikenal orang, maka nama yang harus jadi korban.
Sang gadis hanya memperhatikan saja apa yang dikerjakan orang tua itu tanpa reaksi apa-apa.

Di pelabuhan Kwandang, kapal baru saja berangkat dan penumpang kelas ekonomi masih sibuk mencari tempat.

Tiba-tiba terdengar pengumuman dari ruang infomasi "Mohon perhatian,anggota DPRD dari kabupaten ....(disebut nama kabupatennya) ditunggu temannya di ruang infomasi deck lantai 5.
Wah, apakah orang yang memanggil itu tidak bisa membedakan ruang sidang DPRD dengan kapal.
Menurut saya semua status orang di atas kapal ini hanya terbagi 3 jenis yaitu kru kapal, penumpang resmi dan penumpang gelap.
Kok keanggotaan DPRD sampai dibawa-bawa kesini? Apakah tidak bisa dipanggil saja nama orangnya?
Atau apakah sedang ada studi banding di atas kapal?
Saya hanya bisa terheran-heran saja mendengarnya.

Suatu waktu di pelabuhan Pantoloan masih dengan kapal pelni saya punya pengalaman lain lagi.

Kapal akan berangkat dan dari ruang infomasi ada pengumuman supaya pengantar dan penjemput segera disuruh turun supaya tidak terbawa dikapal.
Tiba-tiba ada pengumuman lain yang menarik perhatian saya.

Bunyinya adalah "Mohon perhatian,anak walikota ...(disebut nama kotanya) ditunggu temannya di ruang infomasi deck lantai 4, terimakasih.

Saya jadi bertanya dalam hati apakah anak itu tidak punya nama.
Atau betulkah yang memanggil itu adalah temannya, sebab kalau memang temannya tentu dia tahu nama yang harus dia panggil.

Lho kalau anak walikota ada 3 orang yang ada di atas kapal apakah semua harus datang?

Bagaimana pula perasaan orang yang dipanggil itu?
Apakah dia merasa bangga seluruh penumpang kapal tahu statusnya sebagai anak walikota atau malah tersinggung karena jabatan bapaknya dibawa-bawa sampai ke sini.
Saya jadi berfikir kalau ada anak seorang tukang becak di kapal ini dan temannya mencarinya apakah harus disertakan juga "jabatan" bapaknya itu?

Masih dikapal pelni sudah dalam perjalanan.

Suatu sore tiba-tiba ada pengumuman lagi.
"Mohon perhatian,saudara Marwan ditunggu rekannya di ruang infomasi deck lantai 4."
Siapa yang mencari saya? Saya jadi bertanya kok ''rekan'' bukannya ''teman''?.
Siapa rekan saya di sini? Apakah saya seorang bisnisman sampai dicari seorang rekanan.

Saya ingat tadi di mushola kapal ada yang meminjam buku yang saya baca dan belum dikembalikan.

Apakah orang itu yang mencari saya?
Rasanya tidak mungkin sebab saya tidak menulis apa-apa di buku itu.
Padahal setiap buku yang saya beli selalu saya tulisi tanggal dan kota tempat beli,nama saya dan tanda tangan.

Karena pengumuman diulang lagi, maka saya bergegas ke ruang infomasi.

Di depan ruang infomasi saya lihat ada 2 orang gadis yang kelihatan sedang menunggu tetapi saya tidak mengenal mereka.
Tiba-tiba saya berpapasan dengan seorang kadet yang berpakaian dinas. Di bajuseragam dinasnya ada tulisan namanya dan nama itu adalah "MARWAN".
Dia langsung disambut rekan gadisnya. Saya jadi tersipu malu. Ternyata bukan saya yang ditunggu. Ada juga Marwan yang lain di kapal ini.

Suatu waktu saya pulang kampung lagi dari Samarinda karena cuti lebaran Idul Fitri.

Pilihannya tentu naik kapal pelni lagi sebab tiket pesawat pesawat harganya sudah melambung.
Tarif normal saja tidak  terjangkau apalagi tarif ''abnormal'' jelang libur lebaran.
Kapal berangkat dari pelabuhan Semayang Balikpapan dengan tujuan pelabuhan Pantoloan.
Penumpang penuh sesak, maklum angkutan rakyat yang terjangkau tiketnya walaupun banyak yang tidak kebagian kabin. Beruntung saya masih dapat tempat tidur.

Dari Pantoloan kapal menuju pelabuhan Kwandang,Gorontalo.

Saat sedang istirahat siang tiba-tiba ada lagi pengumuman dari dari ruang infomasi.
Pengumumannya adalah,"Mohon perhatian, saudara Marwan Mohamad penumpang dari Balikpapan tujuan Kwandang ditunggu temannya di depan ruang infomasi deck lantai 4."

Tentu saja saya kaget,siapa yang mencari saya? Kok lengkap betul infomasinya.

Saya sampai tidak percaya dengan pendengaran saya. Tapi pengumumannya diulang lagi dan isinya masih seperti tadi.
Saya pun pergi ke arah ruang infomasi menerobos penumpang ekonomi yang penuh sesak tidur di gang-gang kapal.
Sampai didepan ruang infomasi sudah menunggu teman satu sekolah saya di kampung.
Namanya Amir Utiarahman. Dia bekerja di kapal diperusahaan Andika Lines di Jakarta.
Dia mudik pulang kampung untuk lebaran juga dan pilihannya lewat kapal laut seperti saya.

Rupanya dia melihat saya kemarin sewaktu saya naik dari pelabuhan Balikpapan.

Karena dia cari di atas kapal tidak ketemu, terpaksa dia minta bantuan dari ruang infomasi.
Beruntung dia tidak memanggil saya dengan "jabatan" yang melekat pada orang tua saya.
Sebab bapak saya hanyalah petani kampung.

Sign Off dari MR 702

Hari masih pagi,mungkin baru jam 06.00.
Cuaca diluar masih terasa dingin karena semalam turun hujan lebat.
Tapi pagi itu saya sudah selesai mandi dan sedang menikmati
teh panas tanpa kue untuk mengusir hawa dingin.
Hari ini rencananya mau kekantor untuk mengantar surat pengunduran diri.
Ya,surat pengunduran diri karena saya mau berhenti dari kapal TB.MR 702
tempat saya bekerja selama ini.

Dua tahun sudah saya bekerja dikapal itu dan inilah saatnya
untuk mengakhiri masa kerja.
Masuk dengan baik,keluar juga harus dengan lebih baik pula.
Jam 08.15 saya menghadap pak Iwan untuk memberitahu akan berhenti
sambil menyodorkan surat pengunduran diri.

Beliau menanggapi dengan baik dan penuh pengertian.Juga sempat bertanya
kemana saya akan pindah kerja.Saya jawab aja dengan jujur dan apa adanya.
Beliau memahami dan berkata yang penting saya dapat yang lebih
baik dari yang sekarang.
Saya disuruh kebawah untuk dibuatkan surat berhenti sama Virly dan
nantinya akan ditandatangani beliau.

Sayapun turun kelantai bawah untuk menanti suratnya.
Tapi saat hendak diprint ternyata macet karena tinta habis.
Lama juga prosesnya baru bisa diprint kembali.
Maunya saya akan membawa surat itu kembali kepada pak Iwan untuk
ditandatangani sekalian basa-basi mengucapkan terimakasih.

Tapi bersamaan dengan selesai print surat itu,lewatlah bos besar
dan naik kelantai atas.
Tentunya keruangan pak Iwan juga.Saya batal naik keatas karena
kikuk ketemu bos.
Akhirnya suratnya saya titip Virly saja untuk ditandatangani pak Iwan.
Menyesal juga tadi nggak sempat ngomong pamitan dan mengucapkan terimakasih.
Selama ini beliau telah banyak memberikan bantuan dan support
jika kita mengalami masalah dikapal,terutama jika bermasalah dengan pencharter.
Setidaknya itulah yang saya rasakan selama bekerja dengan beliau.


Samarinda,28 Januari 2009.

Stand By Nang Kapal

Sejak kapal sampai di Batam, aku baru sekali saja keluar.
Itupun cuma ke Nagoya. Ke mall saja beli batere untuk O2-ku.
Maunya jalan lagi, tapi kerjaan banyak.
Sibuk terus dari pagi sampai sore.

Maklum persiapan untuk berangkat.
Tongkang belum pasang wire breder dan second towing.Belum lagi lokasi galangan tempat kita stand by jauh sekali dari pusat kota.

Dan yang paling akhir adalah modal lagi cekak.
Jadi lengkap sudah semua alasan untuk tidak keluar kemana-mana.

2 TAHUN DI TB. MR 702


Tidak terasa sebulan lagi atau tepatnya bulan Februari nanti aku sudah genap 2 tahun bekerja dikapal TB.MR 702.
Sebelumnya aku kerja di kapal pemadam kebakaran (Fire Fighting Boat) yang beroperasi diarea TOTAL INDONESIE.
Bukan waktu yang singkat dan agak menyimpang dari kebiasaanku selama ini.
Biasanya paling lama setahun atau lebih sedikit aku bekerja disatu kapal.
Sesudah itu mulai tengok kanan kiri untuk cari yang lain.Atau paling tidak aku minta dipindahkan kekapal lain dalam satu perusahaan.

Aku masuk kerja disini secara resmi memang melamar dikantor.
Tapi dibalik itu ada yang menggaransi aku untuk masuk.
Karena rekomendasinya itulah maka aku masuk tanpa prosedur yang berbelit-belit.
Dua tahun kalau diingat memang hanya sekilas tapi bukan hal yang mudah untuk dilalui hari per hari.
Banyak suka duka yang telah aku lalui bersama teman-teman.

Sebenarnya dalam rentang waktu itu ada aja yang menawari aku untuk pindah ketempat lain.
Tapi karena aku masuk atas garansi orang lain maka aku tolak panggilan teman itu.
Tidak enak kita baru masuk sudah mau pindah lagi.
Lebih tidak enak lagi adalah orang yang merekomendasikan kita untuk masuk.
Sudah susah-susah dia berpromosi tentang kita, belum apa-apa kita sudah lari.

Pernah juga aku diminta dari kantor untuk dimutasi kekapal lain yang mungkin lebih baik.
Tapi datangnya pada saat yang tidak tepat, kaptenku saat itu masih cuti/off karena anaknya sakit.
Otomatis akulah wakilnya diatas kapal.
Kalau aku terima tawaran itu berarti dia harus segera naik kekapal tinggalkan anaknya yang lagi sakit.
Aku hanya berfikir bagaimana kalau hal itu terjadi padaku, jadi aku putuskan untuk menolak tawaran untuk pindah.

Tawaran kedua yang juga dari kantor adalah untuk pindah kekapal yang lagi beroperasi melayani Bitung-Halmahera.
Itu adalah tawaran yang menarik juga karena Bitung nggak jauh dari kampungku di Gorontalo.
Jadi kapan kapal masuk Bitung, aku bisa pulang kerumah dengan ongkos yang nggak seberapa dibandingkan aku pulang tiap kali cuti dari Samarinda yang harus lewat Manado baru ke Gorontalo.
Belum lagi ongkos dan waktu 2 hari untuk sampai dirumah.
Otomatis waktu cutiku yang hilang dijalan adalah 4 hari.

Tapi sekali lagi aku tolak karena lagi-lagi datang pada saat yang salah.
Aku baru pulang dari cuti ke Semarang untuk melengkapi Certifikatku.
Pulangnya aku singgah dikampung dan boyongan dengan anak isteri ke Samarinda.
Aku barusan kontrak rumah dan anakku sudah kupindahkan sekolahnya kesini.
Tapi masih belum selesai proses masuknya disekolah yang baru.
Kalau aku tinggal gimana nantinya.

Jadi sekali lagi aku tolak juga tawaran itu.
Dan jadilah aku tetap disini.Jadi penghuni setia TB.MR 702.

ONHIRE


Hari ini sebenarnya aku malas kekapal.Kerjaan boleh dibilang sudah rampung semua.
Tinggal menunggu kapan ditelpon sama pencharter kapal bisa aja langsung meluncur ke Nubi/SPU.Lagipula ini hari Jumat,mumpung masih didarat sempat-sempatkan dulu sholat.Nanti kalau kapal sudah operasi susah kedarat,mana sempat lagi.

Tapi belum lagi jam 10.00 aku ditelpon Hendrik,Chieff Officer Equator 1.Dia lagi dikantor dan katanya,kapten atau aku harus kekantor untuk tandatangani surat Ohire dari pencharter.Berarti kapal sudah mau berangkat nih.

Aku telpon ke kapten ngasih tahu beritanya dan aku lagi yang disuruh kekantor buat tandatangani suratnya.Mau nggak mau harus cabut kesana.Tapi gimana ya,stempelnya ada dikapal sedangkan aku dirumah.
Ahhh.....,ada akal.Aku suruh aja Second Officer bawa motor jemput aku dirumah.Jadi aku dapat ojek gratis lagi.

Sampe dikantor Virly sudah nyodorin suratnya.Baca-baca sejenak langsung aja aku tandatangani suratnya.Statusnya Onhire hari ini juga.Itu artinya kapal harus berangkat ke GTS X/NUBI hari ini juga.Wah.....belum belanja apa-apa nih.Jangan-jangan odol sama sabun mandiku sudah habis.

Tapi ternyata informasi dari pak Iwan kapal belum berangkat hari ini.Cuaca dilaut masih kencang ombaknya.Betul juga,KM.Teratai Prima aja sampe tenggelam tanggal 11 Januari 2009 yang lalu.200 orang lebih penumpangnya masih dicari dilaut.Baru beberapa orang aja yang sudah ditemukan.Ada yang masih hidup,ada juga yang sudah jadi mayat.

Heran juga aku,kok kapal belum mau dioperasikan tapi sudah tandatangan Onhire.Kebiasaan selama ini adalah kapal disuruh berangkat dulu kelokasi kerja pemakai.Setelah sampai disana baru dibuatkan surat Onhire tanda kapal mulai dipakai kerja.Mungkin aja pencarternya takut kapal kita diserobot orang,jadi diikat duluan supaya nggak ada lagi yang bisa ambil selain dia.
Hmmm,boleh juga.

JUARA 2


Siang tadi aku menerima sms dari isteri.
Isinya singkat aja cuma 3 kata "Pa,anakmu juara 2".
Nggak pake embel-embel lainya, cuma itu aja.
Wah.... rupanya hari ini penerimaan Raport kelas 1 SD dan Fifi, anakku yang sulung dapat juara/rangking 2.

Bahagia rasanya membaca sms itu walau aku tidak bisa hadir disana.
Maklum lagi on board tapi kapalnya lagi dok.
Bagi aku pribadi bukan juara atau ranking yang utama.
Yang lebih penting dari itu adalah apakah dia memahami dan menguasai pelajarannya dengan baik.
Tidak selamanya nilai yang ada di raport mencerminkan apa yang di  dalam otak.

Lagipula aku tidak pernah menargetkan dia harus juara.
Kalau memang dapat ya disyukuri aja dengan wajar, jangan berlebihan.
Tidak baik rasanya kalau kita membebani anak dengan target harus juara sekian, harus ranking sekian.
Sang anak akan merasa terbebani dengan target orang tua dan mungkin itu tidak baik buatnya.

Sah-sah saja kita ingin melihat anak kita berhasil tapi jangan karena hal itu kita malah menjadikannya bagai mesin yang bisa kita setel untuk harus selalu berada di level yang kita inginkan.
Kalau semua orang tua mengharapkan anaknya juara 1, 2, 3 lantas siapa lagi yang harus berada ditempat sesudahnya?

Tidak sedikit anak yang stress karea tidak bisa memenuhi harapan orang tuanya yang kadang terlalu muluk.
Tiap anak berhak untuk menjadi dirinya sendiri lepas dari bayang-bayang kita supaya dia bisa mandiri nanti.
Yang perlu kita lakukan adalah menjaga jangan sampai dia melenceng dari jalan yang ditempuhnya.

Wah-wah, kok pikiranku jadi ngelantur kemana-mana nih.
Aku langsung telepon balik untuk bicara dengannya.
Tidak lupa memberikan pujian supaya dia tahu walau bapaknya jauh tetap punya perhatian padanya.
Dan seperti biasa dia cuma ketawa-ketawa saja di telepon.
Ahhh, papa jadi kangen sama kau anakku, sama adikmu Ilham juga.
Hmmmm, tiba-tiba aku jadi kangen pulang ke rumah.

Samarinda, 17 Jan 2009

MENUNGGU

Tidak terbantahkan lagi, pekerjaan yang paling menjengkelkan adalah "Menunggu".
Entah itu menunggu pacar yang minta jemput sehabis kuliah.
Menunggu istri yang lagi sibuk belanja di supermarket.
Apalagi menunggu kapan orang yang pinjam uang sama kita sadar dan mau bayar utangnya.

Tanpa harus minta bantuan lembaga survey pun aku yakin kalau 10 orang ditanya pasti 9 orang setuju dengan pendapatku.
Yang 1 orang nggak setuju karena dia lagi menungu durian jatuh dari pohon.
Tentu saja dia enjoy, tapi kalau duriannya jatuh dikepalanya tentu lain lagi pendapatnya.

Mengenai tunggu-menunggu, aku lagi sebal juga sekarang.
Gimana nggak kesal, sudah capek-capek menyiapkan semuanya untuk berangkat, tapi sampai sekarang kapal belum berangkat juga.
Minggu kemarin kapal diinspeksi sama calon pencharter.
Rekomendasinya banyak yang harus dibenahi, diganti, dan dilengkapi peralatan.
Semuanya dituruti kantor supaya kapal segera berangkat untuk beroperasi.
Abk juga mengerjakan apa-apa yang dirasa kurang beres, sehingga kapal terlihat kinclong.

Seudah itu kapal diinspeksi kembali untuk mengecek apakah rekomendasi yang diminta sudah dipenuhi.
Hasilnya OK, kapal siap berangkat.
Tapi ini sudah mau 2 minggu kok belum ada berita lanjut untuk berangkat.
Siapa yang nggak jengkel.Tapi mau bilang apa?
Kita-kita cuma bisa menunggu saja dan menunggu terus karena memang hanya itu yang bisa kita lakukan.