Tampilkan postingan dengan label Jalan-jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jalan-jalan. Tampilkan semua postingan

Dragon Rock

Pulau Talimago atau yang dikenal sebagai Dragon Rock

Nama asli pulau ini adalah Pulau Talimago, sebuah pulau kecil yang bentuknya menyerupai naga. 
Citra pulau ini tidak terlihat jelas di google maps, hanya bisa dilihat di peta laut dan aplikasi peta laut seperti Navionics.
Letaknya di Kepulauan Halmahera, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, Indonedia.
Pulau ini tidak berpenghuni, hanya burung yang bersarang di sini.
Dari Kota Ternate jaraknya kurang lebih 110 kilometer.
Lokasi pulau Talimago dicapture dari aplikasi peta laut Navionics

Lantas apa istimewanya pulau ini?
Pencinta selam baik lokal maupun manca negara cukup mengenal baik pulau ini. 
Spot diving di sini dinamakan Dragon Rock karena bentuk pulaunya yang seperti naga merayap di atas laut.
Untuk Trip Diving Halmahera, pulau ini termasuk wajib dikunjungi. 
Kapal Layar berlabuh di dekat pulau Talimago
Terumbu karang dan biota lautnya cukup bervariasi dan menantang untuk dijelajahi setiap jengkalnya.
Setiap tahun kunjungan tetap yang sudah terjadwal pada salah satu diving tour ada sekitar 6-8 kunjungan yang bersifat kunjungan pribadi.
Untuk mengunjungi pulau ini butuh biaya yang cukup besar karena letaknya cukup terpencil di tengah laut.
Penjelasan detail lokasi penyelaman di spot Dragon Rock pulau Talimago
Pulau terdekat yang berpenghuni adalah pulau Muari di barat daya, pulau Kasiruta di selatan dan pulau Taneti di timur laut.
Dari Ternate mungkin ada kapal fery yang melayani ke-3 pulau ini. 
Dari salah satu pulau ini barulah kita bisa menyewa kapal atau speed boat menuju pulau Talimago. 
Jika kita ingin menyelam di sini tentu harus membawa peralatan sendiri karena tidak ada rental alat selam yang terdekat.
Tim penyelam menuju spot Dragon Rock dengan speed boat
Kalau ingin ikut trip dengan kapal layar yang biasa mengunjungi pulau ini, harus menyediakan ongkos yang lumayan besar. Untuk trip ke Halmahera minimal harus ikut 12 hari. 
Tarif untuk akomodasinya adalah 160 - 190 Euro perorang perhari. 
Itu belum termasuk sewa alat selam seperti tabung nitrox dan biaya permit lokasi diving.
Ingin meyelam di spot dragon rock?
Lihat jadwalnya di sini.
Kapal layar berlabuh terlihat dari sela-sela batu berlubang

Desa (Pulau) Bungin


Tempat ini menyolok kelihatan dari googlemaps.
Rumah-rumah penduduk berderet berhimpitan di area gosong pasir dan air dangkal di lepas pantai. Jaraknya kurang lebih 100-200 meter dari daratan.
Mungkin kedengarannya unik, kok ada perkampungan yang rumah-rumahnya dibangun terapung di atas air.

Ini adalah perkampungan suku Bajo atau Bajau. Komunitas ini ada di hampir semua bagian pulau Sulawesi, sebagian kecil di pulau Kalimantan dan Nusa Tenggara. Ciri khas suku Bajo adalah sebagai nelayan yang menetap di rumah perahu (dahulu) atau membangun rumah di pinggir pantai.
Saya menyempatkan berkunjung ke kampung ini bersama teman untuk melihat dari dekat kondisi kampungnya.
Dari pelabuhan ikan ada perahu tambangan yang melayani ke kampung ini. Sewanya Rp. 3.000 per orang. Kami naik perahu bersama warga yang hendak pulang setelah belanja di pasar.

Setelah penumpang turun, perahu membawa kami mengitari perkampungan yang berdiri di atas gosong pasir dan karang ini.
Nama desa ini adalah Desa Bungin, kecamatan Tinanggea, termasuk ke wilayah Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Perlu diketahui ada juga Pulau Bungin yang terletak di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat yang kondisinya seperti ini.
Bungin dalam bahasa Bajo artinya pasir putih.

Menurut penuturan tukang perahu, ada sejumlah 400-an KK yang mendiami kampung ini.
Ada juga bangunan sekolah dasar yang cukup besar. Aliran listrik dari PLN sudah sampai di pulau ini. Nampak tiang-tiang listrik yang terpancang di laut berjejer dari darat menuju ke arah perkampungan.
Setelah mengambil beberapa foto untuk dokumentasi, kami pun pulang menuju daratan.

Merlion Park, Singapura


Merlion adalah salah satu ikon utama Singapura.
Yaitu patung berkepala singa dengan badan seperti ikan yang terletak di Merlion Park, Marina Bay.
Orang yang berkunjung ke Singapura rasanya belum sah jika belum berfoto didepan monumen ini.
Begitulah mungkin kesannya, lihat saja foto profile teman-teman di facebook.
Yang pernah kesini pasti memajang foto-foto kerennya disini dan saya pun ikutan latah juga.
Setelah enam bulan cuma mutar-mutar di laut antara Singapura, Malaysia dan perairan Batam akhirnya kapal masuk lagi ke Singapura.
Kapal masuk ke home base di Singapura karena ada perbaikan mesin kurang lebih 5 hari.
Jadi cukuplah waktu untuk gantian bagi kru yang mau jalan-jalan.


Bersama teman, saya berkunjung ke Merlion Park di Marina Bay.
Kami sampai sudah agak sore jadi mulai ramai orang.
Hampir semua sibuk berpose di setap sudut taman untuk berfoto.
Ada beberapa fotografer profesional yang saya lihat menenteng kamera dengan lensa panjang.
Di tempat lainnya nampak ada 3 pasang pengantin yang sementara proses pemotretan pra wedding.

Di seberang jembatan Esplanade tampak “gedung durian” yaitu Esplanade Teater.
Inilah tempat pementasan artis top dunia yang kesohor di Singapura.
Kalau sudah show disini berarti sudah bintang top dunia, jadi banyak yang ngebet manggung disini.
Apakah artis Indonesia sudah ada yang “ngamen” di teater ini?
Yang saya baca di koran adalah ada artis kita yang batalkan jadwalnya demi menonton pertunjukan artis top amrik di sini heheeee...


Di seberang lain ada 3 buah bangunan pencakar langit yang menyangga sebuah “perahu besar”
Ini adalah calon ikon baru Singapura, namanya “Marina Bay Sands”
Mungkin itu adalah hotel, apartemen dan mall yang terintergrasi dengan semua fasilitas yang dibutuhkah.
Entahlah, saya kurang tahu.
Yang saya tahu adalah saya datang kesini untuk berfoto narsis.

Untuk berfoto di depan patung singa harus antri karena sudah banyak orang.
Ada yang datang dengan rombongan besar dan ada juga yang hanya 2-3 orang.
Semua rela antri bergiliran untuk difoto temannya dengan gaya masing-masing.
Saya memperhatikan saja dengan agak gamang, mau berfoto atau tidak.
Karena saya selalu mati gaya kalau didepan kamera, apalagi banyak orang seperti ini.


Akhirnya agak sepi juga suasananya.
Saya pun segera pasang aksi unttuk dijepret didepan ikon Singapura yang tersohor itu.
Cuma segitu ajaaaa.
Yups memang itu saja heheee
Gimana, foto saya keren yaaaa.....???

PANTAI ANYER, MENUNGGU SUNSET HUJAN YANG DATANG

Suralaya, Minggu tanggal 02 Desember 2012. Tongkang sudah selesai sandar di jetty manual PLTU Suralaya dan sementara bongkar muatan batubara. Saat ini kapal sedang berlabuh di Pulorida, tempat kapal dan tongkang biasanya stand by. Tidak ada kegiatan yang penting untuk dikerjakan hari ini. Bongkaran batu bara di tongkang diperkirakan selesai besok, jadi masih ada waktu sehari ini untuk santai mau kemana saja. Saya juga baru datang ke kapal setelah cuti sebulan penuh di kampung. Mau keluar untuk jalan – jalan tapi tidak ada teman yang mau diajak untuk jalan bersama. Saya juga malas untuk jalan sendirian.
pantai annyer_1
Setelah makan siang akhirnya ada juga yang mau saya bujuk untuk jalan bersama keluar. Dari kapal kami turun dengan service boat ke darat, lalu naik angkot ke Cilegon. Dari pusat kota Cilegon kami pindah angkot jurusan Anyer dan Labuahn. Tujuan kami adalah pantai Anyer. Saya belum pernah ke sana sebelumnya padahal kapal selalu masuk ke Merak untuk bongkar batubara di PLTU Suralaya. Jalanan menuju ke Anyer agak terhambat karena perbaikan jalan. Kontruksi jalan kesana  diperbaharui dari jalan aspal ke jalan beton. Pengerjaannya adalah sebelah jalan di cor dan sisi sebelahnya di pergunakan. Itu kita jumpai pada beberapa badan jalan, jadi diberlakukan buka tutup jalan dan kendaraan dari arah berlawanan bergantian untuk melewatinya.
pantai anyer_2
Menjelang sore kami tiba di pantai yang dituju dengan waktu tempuh sekitar 1 jam dari Cilegon. Saya tidak tahu pantai mana yang bagus untuk di kunjungi, jadi hanya minta sama sopir untuk diturunkan di lokasi pantai yang paling ramai pengunjungnya. Namanya adalah pantai Patra Sambolo. Sebelum turun dilokasi ini sudah ada beberapa gerbang pantai wisata yang kami lewati tapi agak sedikit pengunjungnya. Mungkin karena sudah sore jadi pengunjungnya sudah banyak yang pulang. Tadi juga dijalan kami banyak berpapasan dengan bus parawisata yang sudah kembali dari sini.
pantai anyer_3
Untuk masuk ke pantai ini dikenakan retribusi Rp. 5.000.00. (Lima ribu rupiah) per orang. Setelah membayar retribusi kami masuk ke tempat keramaian dipantai yang terletak pas di pinggir jalan raya Cilegon - Labuhan. Dari pinggir jalan sebelum masukpun sudah kelihatan lokasi pantai dan orang – orang yang lagi asyik menikmati keindahannya. Deretan gubuk atau gazebo berdiri di sepanjang pantai yang bisa disewa jika kita tidak ingin berpanas ria ditepi pantai. Cocok untuk yang datang bersama keluarga atau rombongan. Kita bisa beristirahat disitu sambil makan minum kalau memang membawa bekal.Warung – warung yang menyediakan makanan ringan dan es kelapa muda juga banyak disini. Tak ketingggalan penjual jajanan sampai yang menawarkan tato temporer bagi yang berminat.
pantai anyer_4
Menjelang magrib masih banyak pengunjung yang masih bertahan di pantai termasuk kami. Kayaknya mau menunggu sampai matahari terbenam. Memang sunset adalah moment yang selalu ditunggu orang untuk dilihat. Saya melihat masih ada beberapa orang yang menenteng kamera SLR sambil memotret anak – anak yang lagi belajar surfing. saya juga ikut – ikutan menjepret dengan kamera pocket saya.  Tapi matahari dari tadi selalu tertutup awan tebal. Mendung malah sudah menggantung dilaut sebelah barat tempat matahari akan terbenam. Sunset hari ini adalah jam 18:01 menurut aplikasi Androit saya, jadi kami putuskan untuk menunggu, sambil menanti jagung bakar yang kami pesan pada penjual di pinggir pantai. Siapa tahu ada perubahan cuaca dan mataharinya nongol sebentar sebelum kembali ke peraduannya.
pantai anyer_5
Namun harapan kami semua yang menunggu percuma saja. Menjelang saatnya sunset malah gerimis mulai turun.Sambil berteduh di gazebo kami masih menanti dengan penuh harap. Tapi sampai cuaca gelap malam mulai menyelimuti, matahari tidak pernah lagi menampakkan diri. Dengan rasa kecewa pengunjung yang dari tadi bertahan mulai bubar satu persatu. Kami juga ikut pulang dengan perasaan yang sama, kecewa karena sunset yang ditunggu malah hujan yang datang.
pantai anyer_6
pantai anyer_7

MENIKMATI SUNSET DI ANCOL

Sudah 2 hari kapal berlabuh di Marunda. Rencana hari ini akan sandar ke jetty untuk bongkar. Ditunggu sampai siang tidak ada berita.Menjelang sore baru ada kabar kalau hari ini batal untuk sandar. Ketimbang suntuk dikapal, saya putuskan untuk keluar jalan – jalan. Bingung tidak ada tujuan akhirnya saya dan teman malah kesasar ke Ancol.
Karena sudah sore tidak banyak lagi tempat yang bisa dikunjungi untuk cuci mata. Ada pertunjukan boy band yang lagi ngetop di pantai festival, tapi saya tidak berminat. Bersama kawan, kami santai saja berjalan mengikuti keramaian orang – orang yang bergerombol menikmati suasana sore di pantai. Ada yang menyewa perahu mengitari laut sepanjang bibir pantai. Beberapa tukang perahu menawarkan jasanya untuk membawa kami kelaut. Tapi lagi – lagi kami tidak ada minat. Sudah bosan rasanya dilaut tiap hari, bahkan dalam cuaca yang berombak seperti perjalanan sebelum sampai ke Marunda.
ancol sunset_1
Tidak terasa hari sudah menjelang senja. Saya masih saja mengikuti kerumunan orang – orang dipinggir pantai. Didermaga kayu yang menjorok kelaut nampak banyak orang – orang sibuk mengambil gambar. Nampaknya matahari sudah hendak kembali keparaaduannya, dan inilah moment yang selalu ditunggu – tunggu photographer. Cuaca hari ini memang terbilang bagus, memang agak berawan tapi tidak sampai menutupi matahari. Awannya tidak terlalu tebal sehingga matahari masih tetap nampak dan awannya terlihat mulai memerah terkena pantulan sinar matahari.
ancol sunset_2
Saya pun mencoba mengabadikan moment tersebut dengan kamera handphone yang saya bawa. Hasilnya memang tidak terlalu bagus, tapi juga tidak jelek – jelek amat. Lumayanlah menurut ukuran saya, walau dibandingkan dengan kamera SLR yang ditenteng para photographer profesional tentu tidak ada apa – apanya.
ancol sunset_3
Saya cukup puas dengan hasil photo yang saya peroleh dan apa yang saya nikmati saat ini. Memang dilaut saya selalu menikmati sunrise dan sunset hampir tiap hari. Tapi suasanya disini tentu beda dengan dilaut.Dilaut memang sunsetnya hampir tiap hari selalu bagus dengan corak awan yang selalu berbeda.
ancol sunset_4
Tetapi tidak ada background lain selain awan, karena dilaut lepas. Hanya sekali – sekali saja bertepatan dengan kapal yang melintas dan menjadi latar belakang pemandangan dibalik sunset. Tetapi itu tidak bisa diatur posisinya karena masing – masing kapal sedang dalam perjalanan. Jadi susah untuk mendapatkan background lain selain awan dan matahari.
ancol sunset_5
Tentu saja itu sangat berbeda dengan di Ancol sini. Kita bisa membidik dengan sudut manapun dan latar apapun. Akhirnya matahari pun tenggelam perlahan diufuk barat. Berangsur – angsur orang – orang yang sedang menikmati indahnya sunset meinggalkan dermaga. Saya meninggalkan pantai Ancol dengan hati gembira karena menikmati indahnya sunset yang cukup sempurna hari ini.

''Nguyên Trâi Street''

Selama kapal masuk Vietnam saya selalu bingung pergi jalan-jalan ke kota Can Tho menggunakan taksi.
Bukan karena tidak hafal kemana yang akan dituju, tetapi bingung karena seringkali saya merasa sopir tidak paham apa yang kita maksud.
Kalau ketemu sopir yang fasih berbahasa Inggris sih bagus.
Tapi kalau sopirnya tidak bisa berbahasa Inggris maka urusannya bisa repot.

Seperti yang saya alami lagi malam itu.
Saya baru dari mall menuju ke hotel tempat saya menginap.
Saya bermaksud singgah di counter handphone karena ada yang mau saya beli.
Namanya saya sudah lupa tapi nama jalannya ''Nguyên Trâi street''.

Jadi dengan pede saya mengucapkan tujuan saya, yaitu ''Nguyên Trâi street''.
Sang sopir taksi kelihatan bingung dan seolah tidak mengerti dengan ucapan saya.
Saya mengulangi ejaan nama jalan itu dengan pelan supaya dia jelas mendengarnya.
Sopirnya masih bingung juga, dia menyodorkan kertas pada saya.
Saya menuliskan tujuan saya dikertas yaitu ''Nguyên Trãy  Street.
Lalu saya berikan kembali kepadanya kertas itu.

Sejenak dia melihat tulisan itu dan berkata Ooooo Ngun Chai”......!!!
Wah, "ngun chai", ucap saya dalam hati.
Beda sekali antara tulisan dan bacaannya.
Hmmm pantas saja selama ini selalu nggak pernah nyambung kalau kita minta diantar ke suatu tempat.