TANGGUNG JAWAB IS THE FIRST

Ini cerita tentang sahabatku.
Kerjanya ya, dikapal juga macam aku donk.
Posisinya sebagai Mualim I alias Chief Officer di Tug Boat(Kapal Tunda).
Kapalnya biasa menarik tongkang muatan batubara.
Nakhodanya pindah ke kapal di perusahaan lain, mungkin penghasilan disana lebih besar.
Iya toh, kalau nggak mana mau dia pindah kesana.
Jadi tinggal dia aja Perwira Deck.
Maklum nggak pake Mualim II alias Second Officer.

Karena dipercaya perusahaan, dia disuruh cari Nakhoda baru yang cocok dengan dia.
Supaya di kapal kompak kerjanya, kira-kira begitu maksudnya.
Di Mess kebetulan ada kawan yang lagi stand by yang ijasahnya sesuai permintaan kantor.
Setelah diajukan kekantor langsung diterima karena ada yang "Menggaransi".
Jadilah mereka berduet dikapal itu.

Tapi belum seminggu si Chief dipanggil temannya yang lain untuk bergabung diperusahaannya.
Kalau dihitung-hitung sih memang lebih bagus perusahaan tempat temannya manggil.
Cuma gimana mau pindah,dia baru aja menggaransi teman untuk masuk kesitu sekarang malah dia sendiri yang mau keluar.
Dengan berat hati dia tolak ajakan temannya itu.
Seminggu kemudian giliran Nakhoda yang dia kasih masuk kesitu yang dapat tawaran dari temannya juga untuk pindah.

Waktu itu aku ada di Mess bersama dengannya.
Dia bingung juga untuk ambil keputusan.
Mau ditolak peluangnya bagus dan nggak mungkin datang lagi.
Mau diterima dia juga nggak enak perasaan sama Chief.
Minggu kemarin Chief menolak ajakan temannya untuk pindah karena nggak mau tinggalkan dia disitu.
Aku cuma bisa manggut-manggut saja karena itu bukan masalahku.

Ehhh....tiba-tiba aja Chief datang ke Mess,karena kapal memang masih stand by belum tahu kapan ada berita untuk berangkat.
Si Nakhoda pun memberitahu Chief kalau dia ada tawaran dari temannya,cuma dia mersa nggak enak karena baru kerja 2 minggu sudah mau keluar lagi.

Diluar dugaan Chief malah suruh dia untuk menerima tawaran itu,karena Chief juga mendapat tawaran baru lagi dari perusahaan lain.
Kesimpulannya mereka berdua mau hengkang bersama dari kapal itu.
Yang satu berkemas menyiapkan berkas lamarannya, yang satunya lagi buru-buru untuk mandi.

Hmmmm, aku jadi berfikir kok dalam 2 minggu ini mereka berdua dapat 3 peluang untuk memperoleh tawaran kerja baru.
Sedangkan aku sudah hampir 2 tahun masih belum mendapat juga peluang yang lebih baik dari posisiku yang sekarang.
Selesai menyiapkan semuanya mereka bersiap untuk pergi ketujuan masing-masing.

Tiba-tiba Handphone si Chief berbunyi.
Ternyata berita dari kantornya bahwa kapal mau diberangkatkan sore ini juga dan mereka disuruh stand by dikapal.
Kami bertiga hanya bisa bengong untuk sesaat.
Selangkah lagi mau pindah ternyata ada yang ngerem.
Setelah bertukar pendapat akhirnya mereka berdua membatalkan niat untuk pindah.

Aku pun bertanya, "Kenapa nggak jadi pindah"?
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan.
Aku kan masih status kerja, jadi harus bertanggung jawab dengan pekerjaan yang sudah ada.
Yang disana itu baru sekedar bayangan" jawab Nakhoda.
"Iya, apa nanti tanggapan orang kantor kalau kita berdua turun bersamaan sedangkan kapal sudah siap untuk berangkat" Chief menyahut juga.

Wooow, jawaban yang sederhana tapi memang mengandung kebenaran.
Aku kagum juga dengan keputusan mereka yang melepas peluang bagus yang biasanya susah didapat karena nggak mau dianggap lari dari tanggung jawab.
Setelah ngobrol ngalor-ngidul mereka pun langsung kembali kekapalnya.
Aku sendiri lagi di Mess karena yang lain sedang keluar juga.
Karena sudah merasa lapar aku pun kedapur.

Dan........
Nggak ada makanan apapun didapur karena dari pagi belum ada yang memasak.
Tadi pagi memang kita beli nasi kuning diluar buat sarapan.
Busyet dech......!!!!!!

1 komentar:

  1. Mantafff....!!!
    Sebuah keputusan yang boleh di contoh,walau berat untuk dilalukan.
    Karena mengorbankan peluang yang mungkin lebih baik.

    BalasHapus