Mengawali tahun baru 2011 keadaan laut Jawa makin berombak besar.
Keadaan ini tentu bukan berita bagus buat nelayan yang sering melaut mencari ikan.
Jangankan nelayan dengan kapal kecil,kapal - kapal besar saja dilarang berlayar oleh Syahbandar.
Tidak terkecuali untuk pelabuhan Trisakti,Banjarmasin.
Semua kapal dilarang berlayar mulai dari tanggal 12 Januari 2011 sampai ada pemberitahuan berikutnya.
Itu karena ombak besar di laut Jawa di anggap berbahaya untuk pelayaran.
Akibatnya kapal tertahan di area pelabuhan Trisakti dan sekitarnya.
Kapal - kapal jenis Tug Boat yang memuat batubara untuk transhipment di Taboneo juga banyak yang stand by menunggu ijin untuk keluar.
Mulai dari tempat tambat di Taboanen,pulau Kembang sampai Alalak penuh dengan tongkang batubara yang diparkir.
Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menunggu ombak mereda untuk kembali berlayar.
Dari pantauan saya di situs BMKG cuaca dilaut Jawa cukup besar ombaknya.
Ketinggian ombak mencapai 3 - 4 meter dan itu tentu berbahaya untuk kapal - kapal yang memaksa untuk berlayar.
Kapal teman saya yang membongkar batubara ke kapal eksport di Taboneo ikut merasakan bagaimana ganasnya ombak.
Kapalnya keluar kelaut pada saat cuaca masih tidak terlalu buruk.
Tapi pada saat sementara bongkaran ke kapal besar sudah hampir selesai tiba - tiba saja cuaca bertambah buruk dan ombak bertambah besar.
Karena muatan belum selesai di bongkar terpaksa mereka harus menunggu sampai selesai.
Selesai bongkar saat mau cast off dari kapal besar tentu saja sulit.
Karena kru harus naik ke tongkang untuk melepas tali tambat ke kapal besar.
Jangankan untuk menaikkan kru ke tongkang,mendekat saja kapal sudah di hempas ombak dan terbentur keras sehingga tidak mungkin kru naik.
Kalau dipaksakan bisa berakibat fatal,karena bukan tidak mungkin kru malah jatuh kelaut diantara kapal dan tongkang.
Untung saja kapal besarnya mau membantu.
Kru kapal tug boat teman saya ditransfer ke tongkang pakai crane kapalnya menggunakan personal basket.
Jadi cukup aman karena tidak harus melompat dari kapal ke tongkang seperti biasanya.
Untuk connect second towing ke tug boat mau tidak mau harus pakai tali buangan karena kapal sangat riskan mendekati tongkang.
Setelah semua siap kapalnya pun bisa cast off dari kapal besar dan masuk ke alur sungai Barito.
Selama 5 jam kru yang ditongkang tidak bisa dijemput ke kapal.
Setelah masuk didalam alur sungai Barito yang tidak berombak barulah mereka dijemput kembali ke kapal.
Tentu saja dengan kondisi kedinginan dan lapar.
Tapi mau bagaimana lagi,itu sudah resiko kalau mau jadi Pelaut.
Lain halnya dengan saya.
Saya hanya jadi Pesungai karena kapal saya hanya berlayar didalam alur sungai saja.
Saya hanya akan merasakan ombak kalau ada speed boat besar yang lewat.
Menyetir Sambil Baca Sms,Mobil Masuk Jurang
Sudah banyak kasus kecelakaan yang terjadi karena penggunaan Handphone saat berkendaraan.
Tapi hal itu tidak pernah dijadikan pelajaran oleh orang - orang yang melihat kejadian tersebut.
Tiap hari di jalanan dengan mudah kita melihat pengendara sepeda motor menyetir dengan satu tangan dan menelepon dengan tangan satunya lagi.
Demikian juga pengendara mobil,baik kendaraan pribadi atau angkutan umum tak jarang kita temui mengendarai sambil menelepon atau bahkan sambil sms-san.
Kita cuma bisa mengelus dada karena hal itu sudah di anggap biasa dan kalau di peringatkan paling juga di tanggapi cuek oleh sopirnya.
Kejadian naas berkendara sambil menelepon baru saja di alami teman saya.
Tanggal 13 Januari 2011 dia pulang cuti dari kapal ke kampungnya di Medan.
Kapalnya beroperasi didaerah pedalaman sungai Barito di Kalimantan Tengah.
Dari kapal ke Bandara harus lewat kota Muara Teweh,jadi dia pesan tiket sekalian mobil untuk antar ke bandara.
Dari Muara Teweh mobil berangkat jam 19.00 langsung menuju bandara Syamsuddin Noor di Banjarmasin.
Belum lama perjalanan sang sopir sudah mulai dengan kebiasaan umum,menelepon sambil tetap melaju dengan kendaraannya.
Teman saya yang kebetulan duduk disamping sopir menegurnya,tapi di anggap angin lalu saja.
Tidak lama kemudian handphonenya bunyi lagi dan kali ini sms masuk,jadi dia menyetir sambil sms-san.
Tentu saja teman saya tambah dongkol karena tadi sudah ditegur tapi malah tambah jadi.
Tiba - tiba jalanan didepan ada lubang besar yang menghadang.
Secara refleks sopir membanting setir untuk menghindari lubang,tapi dia tidak menyadari kalau jalan agak menikung.
Mobil langsung melayang terbang dan berputar di udara sebelum akhirnya meluncur ke jurang.
Terdengar teriakan "Allahu Akbar" serentak dari penumpang dan langsung sunyi senyap saat mobil mendarat dengan bodi belakang di dasar jurang dengan ketinggian sekitar 7 meter.
Sebagian besar penumpang pingsan tapi tidak ada yang terluka parah karena jurangnya tidak terlalu dalam.
Untungnya teman saya tidak ikut pingsan,jadi masih bisa membantu penumpang yang lainnya.
Yang agak menyulitkan adalah posisi mobil sudah terbalik dan pintu - pintunya tidak ada yang bisa dibuka.
Terpaksa dia menjebol kaca depan mobil untuk bisa keluar.
Saking paniknya keluar dari dalam mobil dia tidak menyadari kalau badannya terkena pecahan kaca yang masih menempel dipinggiran bingkai jendela mobil.
Demikian juga saat membantu menolong penumpang yang pingsan lainnya keluar keluar.
Apalagi saat itu malam dan gelap,tentu menambah rasa kepanikan.
Untunglah tidak ada korban meninggal,semua hanya keseleo,lecet dan luka kena pecahan kaca mobil.
Sang sopir lumayan parah lukanya.
Mukanya nampak lebam dan dari kepalanya mengalir darah,keadaannya agak meghawatirkan.
Teman saya yang tadinya ingin melampiaskan kemarahan jadi iba juga melihatnya.
Tapi penumpang yang lain terutama ibu - ibu tak henti - hentinya mengomeli dia.
Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk membela diri kecuali pura - pura mengerang kesakitan.
Tidak lama berselang datang mobil lainnya dari agen travel untuk mengganti mobil yang sudah ringsek di jurang.
Tidak lupa juga dibawa obat - obatan seadanya untu mengobati luka - luka penumpang.
Perjalanan dilanjutkan ke rumah sakit,bukan lagi kebandara.
Tapi hal itu tidak pernah dijadikan pelajaran oleh orang - orang yang melihat kejadian tersebut.
Tiap hari di jalanan dengan mudah kita melihat pengendara sepeda motor menyetir dengan satu tangan dan menelepon dengan tangan satunya lagi.
Demikian juga pengendara mobil,baik kendaraan pribadi atau angkutan umum tak jarang kita temui mengendarai sambil menelepon atau bahkan sambil sms-san.
Kita cuma bisa mengelus dada karena hal itu sudah di anggap biasa dan kalau di peringatkan paling juga di tanggapi cuek oleh sopirnya.
Kejadian naas berkendara sambil menelepon baru saja di alami teman saya.
Tanggal 13 Januari 2011 dia pulang cuti dari kapal ke kampungnya di Medan.
Kapalnya beroperasi didaerah pedalaman sungai Barito di Kalimantan Tengah.
Dari kapal ke Bandara harus lewat kota Muara Teweh,jadi dia pesan tiket sekalian mobil untuk antar ke bandara.
Dari Muara Teweh mobil berangkat jam 19.00 langsung menuju bandara Syamsuddin Noor di Banjarmasin.
Belum lama perjalanan sang sopir sudah mulai dengan kebiasaan umum,menelepon sambil tetap melaju dengan kendaraannya.
Teman saya yang kebetulan duduk disamping sopir menegurnya,tapi di anggap angin lalu saja.
Tidak lama kemudian handphonenya bunyi lagi dan kali ini sms masuk,jadi dia menyetir sambil sms-san.
Tentu saja teman saya tambah dongkol karena tadi sudah ditegur tapi malah tambah jadi.
Tiba - tiba jalanan didepan ada lubang besar yang menghadang.
Secara refleks sopir membanting setir untuk menghindari lubang,tapi dia tidak menyadari kalau jalan agak menikung.
Mobil langsung melayang terbang dan berputar di udara sebelum akhirnya meluncur ke jurang.
Terdengar teriakan "Allahu Akbar" serentak dari penumpang dan langsung sunyi senyap saat mobil mendarat dengan bodi belakang di dasar jurang dengan ketinggian sekitar 7 meter.
Sebagian besar penumpang pingsan tapi tidak ada yang terluka parah karena jurangnya tidak terlalu dalam.
Untungnya teman saya tidak ikut pingsan,jadi masih bisa membantu penumpang yang lainnya.
Yang agak menyulitkan adalah posisi mobil sudah terbalik dan pintu - pintunya tidak ada yang bisa dibuka.
Terpaksa dia menjebol kaca depan mobil untuk bisa keluar.
Saking paniknya keluar dari dalam mobil dia tidak menyadari kalau badannya terkena pecahan kaca yang masih menempel dipinggiran bingkai jendela mobil.
Demikian juga saat membantu menolong penumpang yang pingsan lainnya keluar keluar.
Apalagi saat itu malam dan gelap,tentu menambah rasa kepanikan.
Untunglah tidak ada korban meninggal,semua hanya keseleo,lecet dan luka kena pecahan kaca mobil.
Sang sopir lumayan parah lukanya.
Mukanya nampak lebam dan dari kepalanya mengalir darah,keadaannya agak meghawatirkan.
Teman saya yang tadinya ingin melampiaskan kemarahan jadi iba juga melihatnya.
Tapi penumpang yang lain terutama ibu - ibu tak henti - hentinya mengomeli dia.
Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk membela diri kecuali pura - pura mengerang kesakitan.
Tidak lama berselang datang mobil lainnya dari agen travel untuk mengganti mobil yang sudah ringsek di jurang.
Tidak lupa juga dibawa obat - obatan seadanya untu mengobati luka - luka penumpang.
Perjalanan dilanjutkan ke rumah sakit,bukan lagi kebandara.
KAPAL TENGGELAM DI SUNGAI BARITO
Mengawali tahun 2011cuaca laut Jawa tidak cukup bersahabat untuk para pelaut.
Angin barat sudah mulai bertiup membawa ombak yang cukup mengganggu pelayaran,bahkan bisa berakibat buruk bagi kapal - kapalyang berlayar.
Tapi kabar buruk bukan datang dari laut melainkan dari pedalaman Sungai Barito.
Sebuah kapal jenis Tug Boat bernama Cipta Indah dengan awak 10 orang yang menarik Tongkang batubara tenggelam di alur Sungai Barito.
Tepatnya di teluk di atas desa Tempijak,Buntok,Kalimantan Tengah.
Posisi kecelakaan kurang lebih pada posisi 01° 51,940'S/114° 47,820'E.
Kecelaan terjadi pada tanggal 08 Januari 2011 dini hari.
Penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan.
Dari 10 kru kapal dilaporkan 9 0rang selamat sementara 1 orang yang merupakan Nakhoda kapal dinyatakan hilang dan masih dalam pencarian.
Berita ini saya dapatkan lewat radio VHF yang merupakan alat komunikasi antar kapal yang sedang berlayar.
Pagi itu kapal saya berlayar di alur sungai Barito dari Teluk Timbau menuju lokasi muat batubara di pedalaman Kalimantan Tengah,tepatnya di muara Tuhup.
Untuk memantau keadaan alur lalulintas kita menggunakan radio VHF.
Tidak diduga malah berita kecelakaan yang kita terima.
Jam, 12.00 kapal saya melintasi tempat kecelakaan terjadi.
Posisi kapal tenggelam agak ketepi sungai,tapi berhimpit dengan alur pelayaran.
Jadi cukup berbahaya untuk kapal -kapal yang akan melintas di tempat itu.
Kapal yang tenggelam tidak nampak walau hanya tiangnya saja,sedangangkan tali towing belum terlepas dari kapal.
Jadi seolah - olah kapal itu yang jadi jangkar untuk tongkangnya yang saat itu masih mengapung di pinggir sungai.
Sebuah kapal tug boat sementara berjaga dibelakang tongkang.
Tidak ada yang bisa saya lakukan karena saya juga dalam pelayaran,lagipula kru yang selamat sudah ditampung kapal yang berjaga disitu.
Saya hanya memperhatikan lokasi kejadian dan mencatat posisi di GPS karena itu adalah lalu lintas umum kapal - kapal yang keluar masuk sungai Barito.
Semoga segera ada tim SAR yang akan datang mencari korban yang masih dinyatakan hilang.
Angin barat sudah mulai bertiup membawa ombak yang cukup mengganggu pelayaran,bahkan bisa berakibat buruk bagi kapal - kapalyang berlayar.
Tapi kabar buruk bukan datang dari laut melainkan dari pedalaman Sungai Barito.
Sebuah kapal jenis Tug Boat bernama Cipta Indah dengan awak 10 orang yang menarik Tongkang batubara tenggelam di alur Sungai Barito.
Tepatnya di teluk di atas desa Tempijak,Buntok,Kalimantan Tengah.
Posisi kecelakaan kurang lebih pada posisi 01° 51,940'S/114° 47,820'E.
Kecelaan terjadi pada tanggal 08 Januari 2011 dini hari.
Penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan.
Dari 10 kru kapal dilaporkan 9 0rang selamat sementara 1 orang yang merupakan Nakhoda kapal dinyatakan hilang dan masih dalam pencarian.
Berita ini saya dapatkan lewat radio VHF yang merupakan alat komunikasi antar kapal yang sedang berlayar.
Pagi itu kapal saya berlayar di alur sungai Barito dari Teluk Timbau menuju lokasi muat batubara di pedalaman Kalimantan Tengah,tepatnya di muara Tuhup.
Untuk memantau keadaan alur lalulintas kita menggunakan radio VHF.
Tidak diduga malah berita kecelakaan yang kita terima.
Jam, 12.00 kapal saya melintasi tempat kecelakaan terjadi.
Posisi kapal tenggelam agak ketepi sungai,tapi berhimpit dengan alur pelayaran.
Jadi cukup berbahaya untuk kapal -kapal yang akan melintas di tempat itu.
Kapal yang tenggelam tidak nampak walau hanya tiangnya saja,sedangangkan tali towing belum terlepas dari kapal.
Jadi seolah - olah kapal itu yang jadi jangkar untuk tongkangnya yang saat itu masih mengapung di pinggir sungai.
Sebuah kapal tug boat sementara berjaga dibelakang tongkang.
Tidak ada yang bisa saya lakukan karena saya juga dalam pelayaran,lagipula kru yang selamat sudah ditampung kapal yang berjaga disitu.
Saya hanya memperhatikan lokasi kejadian dan mencatat posisi di GPS karena itu adalah lalu lintas umum kapal - kapal yang keluar masuk sungai Barito.
Semoga segera ada tim SAR yang akan datang mencari korban yang masih dinyatakan hilang.
Langganan:
Postingan (Atom)