Hari ini anakku yang sulung berulang - tahun yang ke 8.
Untuk kesekian kalinya pula aku tidak bisa hadir dirumah.
Maklum masih dikapal,untung ada sinyal jadi bisa menelepon kerumah.
Minggu yang lalu juga dia baru naik ke kelas 3 dan mendapat ranking 1 dikelasnya.
Sebenarnya besar keinginanku untuk menemani anakku dihari - hari yang cukup penting bagi dia.
Itu akan memberikan dorongan semangat dan membuatnya memperoleh perhatian yang dibutuhkannya.
Tapi semua itu tidak bisa aku berikan,karena tempat kerjaku yang jauh dari rumah dan jarang untuk bisa pulang.
Anak dan istriku pun sudah bisa memahami keadaan ini,tapi dari hati kecilku kadang aku yng tidak bisa menerimanya.
Kalau aku pergi berlayar,anakku yang sulung sudah biasa dan tidak terlalu rewel lagi untuk ditinggal.
Padahal aku biasa pulang berbulan - bulan.
Dan untuk kesekian kalinya aku tidak bisa hadir pada hari ulang tahunnya.
Ahh,maafkan Papa nak,tidak bisa selalu mendampingimu.
Dari jauh Papa hanya bisa mendoakanmu.
Selamat Ulang Tahun anakku.
Kapal Rachel Corrie Kembali Ditahan Israel
Kapal Mavi Marmara gagal memasuki Gaza karena diserbu dan digiring tentara Israel ke pelabuhan Ashdod,Israel.
Korban jiwa pun tak terelakan dari peristiwa itu.
Tercatat tidak kurang dari 10 jiwa yang melayang karena ditembus peluru yang dilepaskan tentara Israel.
Namun hal tersebut tidak menyurutkan niat Nakhoda dan para Relawan yang ada di kapal Rachel Corrie untuk tetap menembus blokade Israel untuk masuk Gaza.
Kapal Rachel Corrie tetap bersikukuh melanjutkan pelayarannya ke Gaza.Sekukuh hati sang gadis yang merelakan nyawanya direnggut buldozer Israel yang namanya di abadikan menjadi nama kapal tersebut.
Derita rakyat Palestina yang kelaparan dan kekurangan obat – obatan di Gaza karena blokade Israel lebih menggugah hati mereka daripada ancaman moncong senjata otomatis yang setiap saat bisa menghabisi nyawa mereka.
Tapi apalah daya,semangat saja tidak cukup untuk menghadapi tentara Israel.
Belum lagi memasuki wilayah yang dituju,kapal angkatan laut Israel kembali mencegatnya.
Tentara Israel kembali membajak dan menguasai kapal itu serta mengalihkannya ke Ashdod.
Sebuah kapal yang membawa bantuan bahan makanan dan obat – obatan sampai harus dicegat oleh lebih dari 1 kapal perang dan penumpangnya diperlakukan tak ubahnya seperti tawanan perang pula.
Kecaman dunia internasional yang mengutuk tindakan tersebut dianggap bagai angin lalu oleh Israel.
Mereka tetap menahan dan menyita muatan kapal itu walau jelas yang dibawa adalah bantuan kemanusian yang berasal dari sumbangan berbagai pihak dari belahan dunia.
Sungguh suatu tindakan yang tentu menurut saya pribadi adalah diluar batas nilai kemanusiaan itu sendiri.
Sama seperti tindakan tentara mereka sewaktu menggilas Rachel Corrie di Gaza dengan buldezer yang merenggut nyawanya.
Tapi percayalah ini hanya pionir dari sejumlah gerakan lainnya yang akan terus berlanjut.
Korban jiwa pun tak terelakan dari peristiwa itu.
Tercatat tidak kurang dari 10 jiwa yang melayang karena ditembus peluru yang dilepaskan tentara Israel.
Namun hal tersebut tidak menyurutkan niat Nakhoda dan para Relawan yang ada di kapal Rachel Corrie untuk tetap menembus blokade Israel untuk masuk Gaza.
Kapal Rachel Corrie tetap bersikukuh melanjutkan pelayarannya ke Gaza.Sekukuh hati sang gadis yang merelakan nyawanya direnggut buldozer Israel yang namanya di abadikan menjadi nama kapal tersebut.
Derita rakyat Palestina yang kelaparan dan kekurangan obat – obatan di Gaza karena blokade Israel lebih menggugah hati mereka daripada ancaman moncong senjata otomatis yang setiap saat bisa menghabisi nyawa mereka.
Tapi apalah daya,semangat saja tidak cukup untuk menghadapi tentara Israel.
Belum lagi memasuki wilayah yang dituju,kapal angkatan laut Israel kembali mencegatnya.
Tentara Israel kembali membajak dan menguasai kapal itu serta mengalihkannya ke Ashdod.
Sebuah kapal yang membawa bantuan bahan makanan dan obat – obatan sampai harus dicegat oleh lebih dari 1 kapal perang dan penumpangnya diperlakukan tak ubahnya seperti tawanan perang pula.
Kecaman dunia internasional yang mengutuk tindakan tersebut dianggap bagai angin lalu oleh Israel.
Mereka tetap menahan dan menyita muatan kapal itu walau jelas yang dibawa adalah bantuan kemanusian yang berasal dari sumbangan berbagai pihak dari belahan dunia.
Sungguh suatu tindakan yang tentu menurut saya pribadi adalah diluar batas nilai kemanusiaan itu sendiri.
Sama seperti tindakan tentara mereka sewaktu menggilas Rachel Corrie di Gaza dengan buldezer yang merenggut nyawanya.
Tapi percayalah ini hanya pionir dari sejumlah gerakan lainnya yang akan terus berlanjut.
Tidak Ada Relawan WNI Yang Meninggal Dalam Penyerbuan Kapal Mavi Marmara
Setelah sempat simpang siur beritanya,akhirnya dipastikan tidak ada relawan yang berasal dari Indonesia yang jadi korban jiwa dalam penyerbuan tentara Israel ke kapal Mavi Marmara.
Dari 12 warga Indonesia yang ikut dikapal itu semuanya selamat dari maut,walaupun ada 2 orang yang terluka kena peluru tajam.
Berita resmi yang beredar ada 10 korban jiwa yaitu 9 orang warga negara Turki dan 1 orang lagi warga Amerika keturunan Turki.
Tapi menurut pengakuan dan kesaksian relawan dari Kanada,Kevin Neish,korban tewas adalah 16 orang.
Setelah sempat ditahan dan diinterogasi dipenjara Israel akhirnya mereka dibebaskan,dan sudah berada di Amman,Yordania dan diinapkan di Wisma Kedutaan Besar Republik Indonesia.
Berikut nama - nama yang sudah dievakusi ke Yordania tersebut :
1.Nur Fitri Moeslim Taher
2.Arief Rachman
3.Abdillah Onim
4.Nur Ikhwan Abadi
5.Muhammad Yasin
6.Ferry Nur
7.Muhendri Muchtar
8.Hardjito Warno
9.Dzikrullah Ramudya
10.Santi Soekanto
Selanjutnya mereka akan dipulangkan ke Indonesia tapi ada juga yang masih berusaha tetap melanjutkan ke Gaza melalui jalan darat.
Sementara yang terluka yaitu Oktavianto Emil Baharudin dari Kispa dan Surya Fahrizal Aprianus dari Sahabat Al-Aqsha masih dirawat dirumah sakit setempat.
Dari 12 warga Indonesia yang ikut dikapal itu semuanya selamat dari maut,walaupun ada 2 orang yang terluka kena peluru tajam.
Berita resmi yang beredar ada 10 korban jiwa yaitu 9 orang warga negara Turki dan 1 orang lagi warga Amerika keturunan Turki.
Tapi menurut pengakuan dan kesaksian relawan dari Kanada,Kevin Neish,korban tewas adalah 16 orang.
Setelah sempat ditahan dan diinterogasi dipenjara Israel akhirnya mereka dibebaskan,dan sudah berada di Amman,Yordania dan diinapkan di Wisma Kedutaan Besar Republik Indonesia.
Berikut nama - nama yang sudah dievakusi ke Yordania tersebut :
1.Nur Fitri Moeslim Taher
2.Arief Rachman
3.Abdillah Onim
4.Nur Ikhwan Abadi
5.Muhammad Yasin
6.Ferry Nur
7.Muhendri Muchtar
8.Hardjito Warno
9.Dzikrullah Ramudya
10.Santi Soekanto
Selanjutnya mereka akan dipulangkan ke Indonesia tapi ada juga yang masih berusaha tetap melanjutkan ke Gaza melalui jalan darat.
Sementara yang terluka yaitu Oktavianto Emil Baharudin dari Kispa dan Surya Fahrizal Aprianus dari Sahabat Al-Aqsha masih dirawat dirumah sakit setempat.
Langganan:
Postingan (Atom)